Merayakan Liburan Tahun Baru Masehi 2015

Jumat, 09 Januari 2015

Saya bukan penganut keyakinan bahwa merayakan tahun baru adalah sebuah keharaman. Saya juga bukan penikmat tahun baru masehi. secara kebetulan, tahun 2015 ini tahun baru dengan libur terpanjang dalam sejarah karir saya. Tiga tahun terakhir, libur tahun baru saya hanya tanggal 1 Januari, sisanya tetap masuk kerja. Nahasnya, jika tanggal 1 Januari jatuh pada hari Ahad, akan menjadi libur yang biasa saja.

Tahun 2015, libur dimulai dari tanggal 1, 2, 3, dan 4 Januari 2015. Liburan yang semestinya dirayakan. Kebetulan cara saya merayakan liburan tersebut adalah berkumpul dengan keluarga. Kebetulan juga, keluarga yang ikut serta adalah keluarga istri saya, Tiwi, dan keluarga kakak ipar saya. Lokasi yang menjadi pilihan adalah Pasir Muncang Ciawi Bogor. Lokasi ini dipilih karena tidak terlalu ramai seperti kawasan Puncak yang sejak Jam 18.00 tanggal 31 Desember 2014 sudah ditutup aksesnya sehingga motor pun harus mencari jalan tikus untuk menuju jalan arah Puncak.

Istri saya dan keluarga berangkat ke Pasir Muncang jam 08.00 pagi, dimana kondisi jalan dari jakarta ke Bogor masih cukup lengang meskipun sebagian perusahaan ada yang memberlakukan cuti bersama pada tanggal tersebut.  Sedangkan saya menyusul dari Bekasi dengan naik commuterline Jabodetabek. Ada hal yang perlu saya singgung terkait CL Jabodetabek. Berdasarkan cerita dari media sosial, dunia perkeretaapian di Indonesia mulai menjadi primadona transportasi. Saya satu rasa dengan pendapat tersebut.

Saya akan share bagaimana saya parkir dan menginapkan motor saya di stasiun selama 2 hari 2 malam (meskipun pasti banyak yang tahu info ini :D). Parkir di stasiun waktu itu di Kranji, tapi ini berlaku di semua stasiun, harus menggunakan kartu Multiple Trip. Kebetulan kartu multiple trip saya rusak, sehingga saya harus parkir di depan portal parkir dan mencari loket untuk beli kartu tersebut. Harganya 50.000. untuk keluar parkir harus menggunakan kartu yang sama. Saat itu saya dikenakan tarif 18.000 rupiah untuk 2 hari 2 malam. Kartunya masih saya pegang khawatir akan menginapkan motor lagi di stasiun.

Dari stasiun kranji menuju stasiun transit Manggarai, lalu menuju Bogor ditempuh kurang lebih 2 jam plus waktu sholat Maghrib. Meskipun perkeretaapian sudah membaik tetapi armada kereta harus ditambah karena saya harus empet-empetan seperti ikan dalam keranjang dari Manggarai menuju Bogor. Turun dari kereta terdengar hingar bingar kembang api, petasan dan terompet khas tahun baru Masehi. Saya naik angkot, kalau tidak salah no. 03 jurusan Merdeka-Baranang Siang, berhenti di terminal Baranang Siang, disambung dengan angkot no. 01 jurusan Terminal-Ciawi.

Karena jalan arah Puncak ditutup dari beberapa akses besar, maka mau tidak mau saya harus sewa ojek pribumi yang paham jalan tikus. Beberapa tukang ojek menawarkan jasanya tapi saya abai, sampai pada akhirnya saya capek jalan kaki dan menentukan pilihan ke abang ojek yang berambut keriting dengan kumis dan brewoknya yang baru tumbuh. Saya melakukan tawar menawar dengan bahasa Sunda (baca: logat sunda dengan sedikit istilah). Kurang lebih dari Ciawi sampai Pasir Muncang memakan waktu 20 menit, dan saya harus merogoh kocek 50.000 untuk si abang ojek.

Berangkat jam setengah enam dari Bekasi, sampai di Pasir Muncang Jam 22.00. Perjalanan panjang yang cukup melelahkan namun mendapatkan kompensasi pemandangan di sekitar villa tersebut. Keindahan pemandangan tersebut saya rasakan ketika paginya. Ada kolam renang di depan vila. Jika kita menceburkan diri di kolam sedalam 200 cm dan menghadap ke arah Barat, maka akan tampak pegunungan yang saban hari diselimuti kabut tebal. Jika iceberg model yang kelihatan hanya ujung gunung saja, maka gunung ini tidak terlihat ujungnya karena kabut. Saat saya berenang, saya sangat menikmati pemandangan tersebut.

Demikian saya merayakan Liburan Tahun Baru, bukan merayakan Tahun Baru. Ada sebagian memang teman yang menganggap saya merayakan tahun Baru. Saya katakan selagi diisi hal positif tidak akan jadi masalah. Seperti yang dilakukan salah satu media di sebuah masjid besar di Jakarta yang mengadakan zikir bersama pergantian tahun. Perdebatan mengenai merayakan tahun baru seyogyanya tidak diperuncing sehingga berujung perpecahan.[]

0 komentar:

Posting Komentar

  © Blogger template On The Road by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP